Google tetap menyimpan data lokasi meski pengguna telah menonaktifkan (turn off) rekam jejak lokasinya (location history). Setidaknya begitu menurut hasil investigasi Associated Press (AP), bekerja sama dengan tim peneliti Princeton University, yang dirilis pada 15 Agustus 2018. Menyusul investigasi tersebut, muncul temuan baru dari hasil penelitian Profesor Douglas Schmidt dari Vanderbult University.
Ia menemukan smartphone Android menyerap data pribadi pengguna 10 kali lebih banyak dibandingkan iPhone. “Google adalah perusahaan periklanan digital terbesar yang memanfaatkan produknya untuk mengoleksi informasi detail tentang kebiasaan penggunanya secara online dan offline,” kata dia. “Informasi detail itu digunakan untuk menargetkan penggunanya dengan iklan berbayar,” ia menambahkan. Mekanisme ini sudah menjadi tesis lama yang diketahui masyarakat modern. Hanya saja, penegasan bahwa pengguna Android jauh lebih rentan diisap datanya ketimbang pengguna iPhone perlu diketahui khalayak
Salah satu poin temuan Schmidt, peramban Chrome pada Android mengirim data pengguna ke markas Mountain View 50 kali lebih banyak ketimbang perambang Safari di iPhone. Menurut Schmidt, Google menghimpun data penggunanya secara aktif dan pasif. Secara aktif, setiap kali pengguna masuk (sign in) ke berbagai layanan Google (Gmail, YouTube, dll), saat itu pula pengguna menyerahkan informasi-informasi personalnya. Lantas secara pasif, contohnya serupa dengan hasil investigasi AP dan Princeton University.
Pengguna mengira data lokasinya aman karena mematikan location history, nyatanya data itu tetap tersedot. “Google mampu menghimpun data pribadi pengguna melalui beragam teknik yang tak mudah disadari pengguna,” Schmidt menjelaskan.“Sebagian besar proses penghimpunan data pengguna oleh Google justru terjadi ketika pengguna tak secara langsung berhubungan dengan produk-produk Google,” ia menuturkan, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Kamis (23/8/2018), dari Tom’s Guide.
Schmidt sesumbar masalah penyedotan data pengguna seperti ini juga terjadi di Facebook. Kendati begitu, ia belum membawa hasil penelitian untuk kasus Facebook, sehingga fokusnya saat ini adalah mengungkap isu privasi pengguna Android. “Pendapatan Google terus menanjak seiring dengan banyaknya pengoleksian data pengguna untuk tujuan periklanan. Masalah yang sama juga terjadi di Facebook,” ia mengimbuhkan.